Info Terbaru 2022

Tari Tradisional Khas Provinsi Di Yogyakarta -Tari Golek Menak

Tari Tradisional Khas Provinsi Di Yogyakarta -Tari Golek Menak
Tari Tradisional Khas Provinsi Di Yogyakarta -Tari Golek Menak

Tari Golek Menak DI Yogyakarta

METIF -Pola Lantai Tari Golek  Menak Adalah; langkah ngiwir, koma, sembah cina, matok kepla, goyang ngetek, koma goyang, gerk kagok, lompt jangkrik, selancar jalan dan gerk nunjuk.

I. Sejarah Tari Golek Menak Yogyakarta

Tari Tradisionla khas Golek Menak merupakan tari khas dari Keraton Yogyakarta, pada awalnya tari ini diciptakan oleh seorang yang sangat kuat di wilayah Yogyakarta, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan ilham Sri Sultan Hamengku Buwono IX berawal ketika menyaksikan pertunjukan Wayang Golek Menak masa itu tahun 1941, apalagi Sri Sultan Hamengku Buwono IX memang sangat mengasihi budaya Wayang Orang, dan pada balasannya terbesitlah di benak Sri Sultan untuk membuat kesenian pertunjukan wayang golek yang dimainkan oleh orang bersama-sama tersebut menjadi kesenian yang semakin menarik, gerakan wayang golek Golek Menak ini pada lalu yang diadopsi kedalam bentuk sebuah tarian, dan sekarang terciptalah sebuah tarian yang bermula dari kesenian wayang golek tersebut, dan tarian tersebut dinamakan Tari Golek Menak khas Yogyakarta yang bisa kita saksikan dimasa kini, selain Tari Golek Menak tari ini juga biasa di sebut dengan nama Beksan Menak.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX ketika membuat tarian Golek Menak ini dibantu oleh pakar Tari yang kala itu dipimpin oleh KRT. Purboningrat serta 7orang anggotanya , adapun anggotanya yakni ; Pangeran Suryo Brongto, KRT. 
Madukusumo, KRT.Brongtodiningrat, KRT. Wiradipraja, KRT. Marodipuro, RW.Laras Sumbogo, RB. Kuswarogo dan RW.Hemdrowardowo, Tari Golek Menak ini ditampilkan untuk pertama kalinya pada ketika perayaan ulang tahun Sri Sultan pada tahun 1943, pementasannya pertama tersebut diselenggarakan di Tratag Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta. Tari Golek Menak di tampilkan dalam tiga tipe aksara yaitu ;

1.     Karakter tipe putra halus untuk Raden Maktal,
2.     Karakter tipe gagah untuk Prabu Dirgamaruta,
3.     Karakter tipe puteri untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli.

Ketiga tipe tari tersebut ditampilkan dengan dua tarian, yaitu disaat Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupilaeli, satu lagi disaat perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.

II. Populariat Tari Golek Menak Yogyakarta
Peekembangan Tari Golek Menak semakin baik, Tahun 1987 silam, Sri Sultan kembali mengumpulkan beberapa pakar kesenian, dari karawitan di Yogyakarta dan forum kesenian tari, forum dan karawitan tersebut yakni Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardjo, juga Paguyuban Siswa Among Beksa, dan SMKI Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Paguyuban Surya Kencana, Mardawa Budaya, ISI Institut Seni Indonesia, dan ke 6 forum ini di rangkul untuk turut serta menyebarkan dan juga menyempurnakan Tari Golek Menak tersebut baik dari segi gerakan,musik iringan, tema kisah yang di angkat serta busana yang pakai ketika pementasan tari.
Hasil pengembangan Tari Golek Menak yang sudah dikembangkan oleh keenam tim tersebut di tampilkan kala itu penampilan pertama dimemberikankan kepada siswa Among Beksa pada 2 Juli 1988 pimpinan RM Dinusatama diawali pagelaran fragmen lakon kelaswara, ketika itu menampilkan 12 tipe aksara mencakup ;

1.                 Tipe Gagah bapang (tokoh Umarmaya),
2.                 Tipe Gagah bapang (Umarmadi dan Bestak),
3.                 Tipe Raseksa (Jamum),
4.                 Tipe Alus impur (tokoh Maktal, Ruslan dan Jayakusuma),
5.                 Tipe Alus impur (tokoh Jayengrana),
6.                 Tipe Alur kalang kinantang (Perganji),
7.                 Tipe Gagah kalang kinantang (Kewusnendar, Tamtanus, Kelangjajali,   Nursewan dan Gajah Biher),
8.                 Tipe Gagah kambeng (Lamdahur), Tipe Puteri (Adaninggar seorang   Puteri Cina),
9.                Tipe Puteri impur (Sudarawerti dan Sirtupelaeli),
10.           Tipe Puteri kinantang (Ambarsirat, Tasik Wulan Manik lungit, dan   kelas wara),
11.           Tipe Raseksi (mardawa dan Mardawi).

Seni Tarian yang di tampilkan tersebut memakai bahasa Bagongan, untuk busana yang dikenakan oleh penari mempunyai berpedoman degan Wayang Golek Menak Kayu, pakaian yang di gunakan tiruananya berlengan panjang, sedangkan tata cara berkain memakai tata cara rampekan, kampuhan, serta sere cincingan dan juga diselaraskan dengan aksara yang dibawakan.

Selanjutnya penampilan kedua dibawakan oleh kepada Pusat Latihan tari Bagong Kussudiardja, dan pementasan tari tersebut diselenggarakan di lokasi Padepokan Seni Bagong Kusssudiardja itu sendiri. Adapun tipe-tipe tari yang ditampilkan ciptaan terbaru yang merupakan pengembangan dari Golek Menak itu sendiri, ragam tari yang dibawakan juga menyerupai yang pernah dibawakan tari Golek Menak, yaitu Kuswaji Kawindrasusanta yaitu seorang peraga Golek Menak pada ketika proses penciptaan tari oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX. dan tipe-tipe aksara yang ditampilkan kala itu yakni ;

1.  Tipe Gagah Bapang untuk tokoh Umarmaya,
2.  Tipe Gagah Kinantang untuk tokoh Umarmadi,
3.  Tipe Puteri luruh,
4.  Tipe Puteri Cina.

Dan ketika itu ditampilkan pula sebuah tari dengan tipe Gagah Kinantang dan tari tersebut dimemberikan nama tari Perabot Desa, iringan musik gendhing-gendhing yang turut mengiringi keperluan tari yang sedang di tampilkan.

Selanjutnya penempilan ketiga dibawakan oleh SMKI Yogyakarta pimpinsn Sunartama. Dan penampilannya dilaksanakan di SMKI Yogyakarta pada 30 Juli 1988. Tari yang ciptaankan tersebut tidak jauh dari proses pengembangan Tari Golek Menak itu sendiri,selain itu gendhing-gendhing yang di jadikan sebagai pengiring tersebut di kemas selaras dengan tari yang meereka tampilkan, sehingga knorma dan sopan santun menampilkan setiap tipe aksara menjadi terasa ludang kecepeh kuat. Kala itu SMKI Yogyakarta menampilkan tarinya dengan 14 tipikal ragam gerak yang diaplikasikan dalam bentuk demonstrasi dan tanpa dibarengi dengan lakon, untuk tata busana, dan juga tata rias memakai antawecana, dan juga swerta kandha.

Berikututnya penampilan keempat dibawakan oleh Mardawa Budaya pimpinan Raden Wedana Sasmita Mardawa pada 9 Agustus 1988. Mardawa Budaya menampilkan tari yang singkat namun memberikansi dengan menampilkan lakon Kelaswara Palakrama. Mardawa Budaya menampilkan tarian tersebut dengan memaki 14 tipikal karakter.

Selanjutnya yang kelima di tampilkan oleh Surya Kencana pimpinan Mas Ywanjana pada 15 Agustus 1988. Surya Kencana menampilkan tarian yang di bawakan dalam bentuk demonstrasi dengan membawa 16 tipe karakter,  grup tersebut juga mengadopsi beberapa gaya tari menyerupai pencak kembang dan juga silat gaya Provinsi Sumatera Barat, namun ragam gerakanya ludang kecepeh dipertegas lagi dengan cita rasa gerak khas Jawa.

Baca Juga :

Dan penampilan yang terakhir atau yang ke enam dibawakan (ISI) Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada 22 Agustus 1988, yang kala itu dipimpin oleh Bambang Prahendra Pujaswara dengan menampilkan 15 tipe karakter. 

Setelah menampilkan tiruana tipe-tipe aksara tarian tersebut, lalu dilanjutkan dengan penampilan fragmen durasi pendek, memakai lakon Geger Mukadam yang sengaja diambil dari Serat Rengganis. Sekmen utama tari yang di kembangkan oleh ISI Yogyakarta terdapat pada gerakan tari, musik iringan tari, tata rias , tata busana, dan juga antawecana. Selain itu mereka juga mengadopsi Gerak Pencak Kembang dari Sumatera Barat yang ditidak ada yang kurangi dengan adegan perang serta beberapa macam gerak yang lainnya. Dialog yang dipakai yakni bercengkrama dengan bahasa Jawa pewayangan.

Nah itulah tadi artikel tentang Tari Tradisional Tari Golek dari DI Yogyakarta kali ini,  semoga memberi manfaat bagi kita tiruana sekian dan salam METIF-.
Advertisement

Iklan Sidebar